Pengalaman Hidup
Sebelum tgl 14 Februari 2013, malamnya saya bermimpi saya berlari-lari dirumah sakit dengan menggunakan baju berwarna biru agak tua. Sontak hal tersebut mengejutkan saya dan terbangun dari tidurku. Akhirnya tanggal 14 Februari 2013 pun tiba. Saya dan orang tua saya bersiap-siap kembali ke Pontianak, dengan masih menggunakan ventilator. Kakak saya beberapa hari sebelumnya sudah kembali ke Jakarta karena harus melanjutkan kuliahnya. Setelah kurang lebih satu jam, saya dan orang tua saya tiba di Pontianak. Saya langsung di bawa kembali ke ruangan ICU RS. Antonius. Sesampainya di RS. Antonius saya dirawat di ruangan tersendiri dan tidak bercampur dengan pasien ICU yang lainnya dan saya kembali ditangani oleh dokter Titik.
Setelah kurang lebih hampir 3 minggu lamanya, saya diperintahkan oleh dokter untuk melatih pernapasan saya. Awalnya ketika ingin bernafas rasanya sulit, seperti tarik satu nafas saja sangat berat lalu saya langsung di kembalikan ke mesin ventilator. Sore harinya, saya dengan semangat, saya mencoba lagi ternyata hasilnya sama tidak bisa bertahan terlalu lama. Hari demi hari saya terus melakukan latihan nafas, agar otot paru-paru saya kembali. Perawat dan dokter Titik selalu menyemangati saya agar saya bisa bernafas normal walaupun masih menggunakan thraceostomy. Ibuku selalu berdoa dan intensi di RS. Antonius. Ketika Pastor Anton datang untuk memberikan doa kepada saya, saya terkejut karena pada saat dibaptis saya tidak melihat wajah dari Pastor Anton. Lalu ibu saya bilang "Inilah Pastor yang memberikan sakramen baptis kepadamu".
Seiring berjalannya waktu, doa dan intensi dari ibuku terjawab sudah. Saya bisa lepas dari ventilator, walaupun masih menggunakan oksigen ruangan. Saya bersyukur kepada Tuhan karena mujizat-Nya tiada henti-hentinya untuk saya. Satu malam, saya berkata kepada ibu saya "Mama tidur saja, Tuhan akan selalu menjaga kita". Karena selama di singapura, ibu saya kurang tidur karena memikirkan kondisi saya.
Kira-kira tanggal 26 Maret 2013, saya dipindahkan ke ruangan biasa. Ketika pihak sekolah tahu bahwa saya sudah pulang dari Singapura, mereka datang dan melihat kondisi saya yang jauh lebih baik, dan banyak perubahan yang terjadi mulai dari tidak tahu apa-apa sampai sadarkan diri. Guru-guru dan teman saya selalu memberikan semangat dan doa agar saya segera sembuh dan berkumpul di sekolah lagi. Dengan berjalannya waktu, Dokter titik menyarankan untuk mencoba belajar makan-makanan lunak mulai dari makanan yang diblender. Saya menolak makan itu, karena rasanya yang tidak enak. Lalu perawat mencoba memberikan saya bubur, saya bisa menelan bubur tersebut. Sehingga selang makan langsung dicabut.
Setelah kurang lebih hampir 3 minggu lamanya, saya diperintahkan oleh dokter untuk melatih pernapasan saya. Awalnya ketika ingin bernafas rasanya sulit, seperti tarik satu nafas saja sangat berat lalu saya langsung di kembalikan ke mesin ventilator. Sore harinya, saya dengan semangat, saya mencoba lagi ternyata hasilnya sama tidak bisa bertahan terlalu lama. Hari demi hari saya terus melakukan latihan nafas, agar otot paru-paru saya kembali. Perawat dan dokter Titik selalu menyemangati saya agar saya bisa bernafas normal walaupun masih menggunakan thraceostomy. Ibuku selalu berdoa dan intensi di RS. Antonius. Ketika Pastor Anton datang untuk memberikan doa kepada saya, saya terkejut karena pada saat dibaptis saya tidak melihat wajah dari Pastor Anton. Lalu ibu saya bilang "Inilah Pastor yang memberikan sakramen baptis kepadamu".
Seiring berjalannya waktu, doa dan intensi dari ibuku terjawab sudah. Saya bisa lepas dari ventilator, walaupun masih menggunakan oksigen ruangan. Saya bersyukur kepada Tuhan karena mujizat-Nya tiada henti-hentinya untuk saya. Satu malam, saya berkata kepada ibu saya "Mama tidur saja, Tuhan akan selalu menjaga kita". Karena selama di singapura, ibu saya kurang tidur karena memikirkan kondisi saya.
Kira-kira tanggal 26 Maret 2013, saya dipindahkan ke ruangan biasa. Ketika pihak sekolah tahu bahwa saya sudah pulang dari Singapura, mereka datang dan melihat kondisi saya yang jauh lebih baik, dan banyak perubahan yang terjadi mulai dari tidak tahu apa-apa sampai sadarkan diri. Guru-guru dan teman saya selalu memberikan semangat dan doa agar saya segera sembuh dan berkumpul di sekolah lagi. Dengan berjalannya waktu, Dokter titik menyarankan untuk mencoba belajar makan-makanan lunak mulai dari makanan yang diblender. Saya menolak makan itu, karena rasanya yang tidak enak. Lalu perawat mencoba memberikan saya bubur, saya bisa menelan bubur tersebut. Sehingga selang makan langsung dicabut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar